Sabtu, 24 September 2022

Inilah Simpulan tentang Hidup Bahagia

Inilah Simpulan tentang Hidup Bahagia. Kebahagiaan yaitu satu opsi. Kita sendirilah yang tentukan untuk hidup berbahagia atau menanggung derita. Buat hidup damai sejahtera atau hidup dalam genangan duka nestapa. Buat hidup penuh sukur atau menyambat-menggerutu.

Buat hidup tanpa beban atau hidup alami malang. Di Kabar 123 ditulis Beberapa orang memutuskan hidup menanggung derita. Hari baru, yang semestinya jadi awal mula hidup baru, tetap juga terkuasai kerusuhan pikiran-perasaan. Tetap memiara kemurkaan-kekecewaan-kegagalan yang terjadi ‘hari-hari sebelumnya’.

Tetap juga terkuasai keadaan serta kondisi saat kemarin. Tetap juga tidak dapat meniadakan keputusasaan-kegagalan. Orang yang pilih menanggung derita merupakan beberapa orang tidak sukses, beberapa orang tinggi hati, beberapa orang punyai masalah. Beberapa orang yang menunjuk menanggung derita ialah beberapa orang yang tak pilih sikap psikis 4 B: berganti-bertumbuh-berkembang-berbuah.

Beberapa orang yang memandang dan merasa apa pun-siapa juga terus tetap-kekal-abadi. Itu pemicunya, beberapa orang sejenis lagi ‘bunuh diri perlahan-lahan’. Dalam korelasi dan hubungan beberapa orang yang menunjuk menanggung derita selalu memberikan stigma, memberinya cap, memberikan merek.

Baik di seorang, komune, tempat, realita, ataupun petunjuk. Mengakibatkan, terus berburuk sangka-curiga-picik-licik. Sekali orang melakukan perbuatan salah, untuk beberapa orang yang pilih hidup menderita, selama-lamanya dirasa salah. Sekali orang menentang-melawan-menentang, selama-lamanya dikasih label-cap-stigma pembuat onar.

Beberapa orang yang memutuskan menanggung derita, dari waktu ke waktu, selalu berpembawaan palsu, basa-basi, curang, penjilat, otoriter, serta sadis. Mereka membuat ‘benteng kebenaran subyektif’ yang jadi senjata tiap buat hadapi seorang, populasi, tempat, fakta, ataupun pertanda.

Beberapa ciri orang yang pilih hidup menanggung derita salah satunya: tak gampang yakin ke orang lain, terus syak wasangka ke orang lain serta kondisi hidupnya, terus waswas.

Perihal-perihal kecil-bahkan yang remeh-temeh menjadi fokus utama, yang bukan soal jadikan persoalan, berpikir serba instant, pengin menang sendiri, tidak menghargakan rekam jejak-dedikasi pihak lain, tingkah-polahnya aneh-aneh.

Hari yang kita lintasi jadi oleh Tuhan. Dikaruniakan pada umat-Nya. Untuk disyukuri sampai jadi hari yang penuh damai, penuh gembira ria, hari yang menggembirakan. Hari yang kita sambut tiap-tiap fajar merekah yakni berkat-kudus-indah memesona yang semestinya membikin damai sejahtera serta kebahagiaan.

Ada pengalaman yang sentuh sewaktu menemani ‘penyiar-penyiar muda-belia radio sekolah (dari SD-SMA) menyelenggarakan ‘aksi perduli Merapi’. Pada berbagi hari ke-3 , sambil hitung uang yang diperoleh tiap-tiap group, ada siswi SMA yang menangis.

Karena dia amat haru waktu seseorang ibu muda berhijab kuras habis semua isi dompet ke kardusnya. Helai-lembar uang dari yang warna merah sampai recehan berganti mendiami kardus sang siswi. Dia haru-kagum pada ibu muda berjibab. Seseorang ibu muda berhijab, yang baru-baru ini keluar ‘supermarket’ bersama anaknya satu-satunya, demikian tulus-ikhlas memberikan.

Tidak boleh sampai kita diamkan tidak untuk berbahagia. Diamkan semuanya dalam irama dan pola hidup mereka. Desahkan saja, “Ya, biarlah!” Lantas, kibaskan debu dan mengambil jarak. Asal, tak boleh membencinya!

Jaga sikap baik. Teruslah berkembang cocok di manapun, pada siapa saja, serta kapan juga kita ada. Diamkan Tuhan yang bekerja dan berkaya. Tidakkah Sodom-Gomorah atau air bah dan perahu Nuh udah mengajar pada kita bagaimana hidup berbahagia.

 

Inilah Simpulan tentang Hidup Bahagia.